Senyum (H. Ahmad Mus’id Yahya Qadir, Lc., M.H.I)
SENYUM
Oleh : H. Ahmad Mus’id Yahya Qadir, Lc., M.H.I (Ketua PA Sengeti)
Senin, 16 Oktober 2023 Pengadilan Agama Sengeti melaunching 3 inovasi baru, yaitu:
- Aplikasi Sipijar (Sistem Pengembalian Sisa Panjar),
- Gerakan literasi digital dan pojok baca,
- Revitalisasi E-Library.
Khusus untuk gerakan literasi digital, disepakati bersama bahwa untuk menghidupkan kembali website Pengadilan Agama Sengeti khususnya pada penulisan artikel minimal 2 minggu sekali 1 artikel akan diterbitkan.
Masalahnya siapa yang akan membuat tulisan di artikel tersebut, karena tidak setiap orang punya bakat untuk menulis, jika sekedar copy-paste tulisan orang lain siapapun bisa, menulis harus dilatih terus menerus, tidak bisa ujug-ujug seseorang punya ide tentang sesuatu langsung bisa menuangkannya dalam bentuk tulisan.
Setelah melalui diskusi yang cukup alot, diputuskan:
Setiap pegawai diwajibkan untuk membuat tulisan yang nantinya di upload pada website dan di posting pada media social Pengadilan Agama Sengeti, “apes”nya orang pertama yang harus menyetorkan tulisan adalah Ketua, namun “untung”nya berdasarkan diskusi yang juga merupakan kesepakatan bersama, tulisan yang dibuat tidak harus berupa tulisan ilmiah, jika tulisan ilmiah malah itu yang diharapkan, selain berupa tulisan ilmiah, puisi, tulisan bisa berupa cerita pengalaman, tulisan yang berkaitan dengaan tupoksi, maupun tulisan berupa ketik ulang dari bagian sebuah buku.
Untuk yang terakhir ini semangatnya berangkat dari bahwa tidak semua orang sempat untuk membaca buku, apalagi membaca buku sambil tangan satunya memegang hp, dan bagi yang sempat dan terbiasa membaca buku diharapkan apa-apa yang dibaca bisa dishare atau dibagi kepada kawan-kawan yang lain dengan cara mengetik ulang apa-apa yang anggap penting dan berguna untuk bisa dibaca oleh orang lain dengan tidak lupa mencantumkan judul buku, pengarang maupun halaman yang diketik ulang tersebut sebagai tanggung jawab ilmiah yang bersangkutan.
Oleh karena saya termasuk orang yang belum terbiasa menulis, maka saya pilih opsi yang terakhir ini, dengan tidak memperpanjang muqaddimah (mengutip kalimat yang biasa dipakai oleh pembawa-pembawa acara) inilah tulisan hasil ketik ulang tersebut dengan sedikit perubahan nama pelaku, semoga bermanfaat, syukur-syukur bisa dipraktekkan setiap hari, selamat membaca:
Di ruang kelas III SMP, Bu Guru bertanya, "Siapa yang tahu jembatan apa yang paling panjang di dunia?" Murid-murid diam saling memandang, tanpa ada jawaban.
Bu Guru : Kalau begitu, jembatan mana yang paling pendek di dunia? Imran (murid paling cerdas) : Jembatan paling pendek ialah "Senyum".
Seluruh kelas tertawa riang.
Bu Guru : Dari mana kamu tahu itu, Imran? Dan mengapa?
Imran : Dari Bu Guru ketika kami di kelas dua. Jembatan paling pendek karena orang dapat berkomunikasi dengan cepat walaupun tanpa kata-kata.
Bu Guru yang cantik tersenyum manis, sementara murid-murid spontan bertepuk tangan.
Bila kita memberikan senyum, kita tak rugi sedikitpun, tetapi membuat senang yang menerimanya.
Senyum hanya berlangsung sekejap, tetapi dapat dikenang sepanjang waktu. Ketika sepasang suami-istri ditanyai bagaimana sampai mereka jadian, sang suami menjawab dengan cepat, "Karena senyum istriku ketika itu begitu manis, membuatku tak bisa tidur sepanjang malam."
Senyum membuat hati dan wajah yang lelah menjadi ceria. Senyum adalah matahari bagi yang berduka dan putus asa.
Senyum bukanlah sesuatu yang mahal, tetapi menjadi begitu berharga ketika diberikan.
Apa susahnya memberikan senyum, padahal cuma berlangsung sekejap mata?
Tuhan sudah memberimu sebuah wajah, senyum harus kita lakukan sendiri. (Cerita Kecil Saja, Stephie Kleden~Beetz, Penerbit Kanisius, 2009, h.25-27).